BIOGRAFI IR. SOEKARNO
Ir
Soekarno adalah Presiden pertama RI dan sekaligus Bapak Proklamator bersama
Drs. Moh Hatta. Beliau adalah pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Melalui pemikiran beliaulah Indonesia memiliki Pancasila, memiliki Gelora Bung
Karno, Memiliki Masjid Istiqlal yang merupakan Masjid terbesar di Asia
Tenggara, sempat menjadi negara adidaya dan sangat disegani negara-negara di
kawasan ASEAN dan negara di dunia bahkan ada rumor jika Indonesia tetap
dipimpin oleh Soekarno maka Indonesia bakal menjadi negara adidaya menyaingi
Amerika. Sebenarnya bagaimana sosok Soekarno atau yang akrab di panggil Bung Karno.
Berikut ini adalh profil Ir Soekarno.
Soekarno Kecil
Bung
Karno memiliki nama lahir Koesno Sosrodiharjo. Pada saat umur lima tahun,
beliau sakit-sakitan. Menurut tradisi orang jaman dahulu jika seorang anak
sakit-sakitan maka nama anak tersebut tidak cocok dan harus diganti. Sehingga
nama Koesno Sosrodiharjo diganti menjadi Soekarno. Kata “Soekarno” adalah nama
panglima perang “Karna” diambil dari cerita Bharata Yudha, sedangkan awalan
“Su” dalam bahasa Jawa berarti baik. Jika ditulis dengan gelarnya maka menjadi
Dr.(HC) Ir. Soekarno. Tapi kemudian sering disapa dengan Bung Karno.
Ir
Soekarno atau Bung Karno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya Jawa
Timur. Ayah Soekarno bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo asli orang Jawa,
sedangkan ibunya adalah wanita bangsawan Bali yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai.
Saat kecil Soekarno dibesarkan oleh kakeknya di Tulungagung Jawa Timur yang
bernama Raden Hardjokromo.
Setelah
agak besar Soekarno pindah ke Mojokerto diasuh oleh orang tuanya sendiri. Soekarno
bersekolah di Eerste Inlandse School namun kemudian pindah ke Europeesche
Lagere School (ELS) agar dapat dengan mudah diterima di HBS Surabaya. Di
Surabaya ini Soekarno bertempat tinggal di pemondokan milik teman ayahnya yang
bernama H.O.S. Tjokroaminoto yang merupakan tokoh organisasi Sarekat Islam. Di
pemondokan ini Soekarno juga bertemu dengan orang-orang hebat lainnya seperti
Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, serta Abdul Muis. Pantas saja
dikemudian hari Soekarno menjadi orang penting dan orang besar di negeri ini,
memang semenjak remaja ia sudah dikelilingi orang-orang hebat yang juga pejuang
kemerdekaan Indonesia. Benar adanya pepatah yang berbunyi “Berteman dengan
penjual minyak wangi akan tertular bau wanginya sedangkan berteman dengan pandai
besi akan terpercik apinya.”
Di
pemondokan Sarekat Islam milik HOS Tjokroaminoto ini Soekarno ditempa
pemikirannya sehingga lebih maju dan kritis terhadap situasi yang dihadapi
bangsa Indonesia yang masih dicengkeram Belanda. Iapun ikut dan aktif dalam
organisasi kepemudaan yang bernama Tri Koro Dharmo yang masih dalam satu
kesatuan dengan organisasi Budi Utomo. Tri Koro Dharmo kemudian berganti nama
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Selain ikut organisasi, Soekarno juga
menuangkan pemikirannya ke dalam tulisan. Ia aktif menjadi penulis disebuah
harian “Oetoesan Hindia” yang masih merupakan media milik Tjokroaminoto.
Soekarno Remaja
Pada
tahun 1926 Soekarno lulus kuliah dengan menyandang gelar insinyur.
Selama berkuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau ITB,
Soekarno menumpang di rumah Haji Sanusi. Haji Sanusi adalah teman HOS
Tjokroaminoto sekaligus juga anggota Sarekat Islam. I kediaman Haji
Sanusi inilah Soekarno berkenalan lagi dengan orang-orang penting
lainnya seperti Ki Hajar Dewantoro, Tjipto Mangunkusumo dan Dr.
Dowwes Dekker mereka bertiga terkenal dengan sebutan Tiga Serangkai
dan merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Nama
Soekarno begitu terkenal karena keaktifannya dalam Jong Java dan juga
tulisan-tulisannya di media “Oetoesan Hindia” milik HOS
Tjokroaminoto. Keaktifan Soekarno tidak hanya di satu organisasi,
pada tahun 1926 Soekarno mendirikan Algemene Studie Club yang menjadi
embrio dari PNI. Tahun 1927 Soekarno mendirikan Partai Nasional
Indonesia atau PNI dengan fahamnya Marhaenisme. Di PNI inilah gerakan
Soekarno semakin berani dalam meneriakkan persatuan Indonesia guna
menentang dominasi Belanda agar tercapainya kemerdekaan semakin
berani. Belanda semakin waspada mengawasi gerak-gerik Soekarno.
Akhirnya Belanda merasa bahwa Soekarno sangat membahayakan bagi
Belanda dan Soekarno pun memenjarakannya dan membuangnya ke penjara
Sukamiskin, Bandung pada tanggal 29 Desember 1929.
Praktislah
Soekarno putus dari dunia luar. Ia sudah tidak bisa lagi kontak
dengan teman-teman seperjuangannya. Bahkan untuk bertahan hidup pun
Soekarno mengandalkan makanan yang diantarkan oleh kakaknya yang
bernama Sukarmi atau lebih dikenal dengan Ibu Wardoyo dan juga
hantaran makanan dari isteri pertama beliau yang bernama Inggit.
Untuk
mengirim makanan pun harus melalui penjagaan Belanda. Jika istrinya
mengantar makanan, Belanda selalu memeriksa isi makanan tersebut
barangkali ada surat yang bisa membuat Soekarno berinteraksi dengan
dunia luar maka makanan tak boleh diberikan.
Namun
Inggit tak kehilangan akal. Soekarno bisa mengetahui kabar teman
seperjuangannya dari telur yang biasa dibawa oleh Inggit. Jika yang
dibawa adalah telur asin maka ada masalah dengan teman-temannya.
Apabila telur tersebut di tusuk jarum 1 kali berarti keadaan
terkendali sedangkan jika telur ditusuk 2 kali berarti ada satu
temannya yang ditangkap Belanda dan apabila telur ditusuk 3 kali
berarti ada penangkapan besar-besaran oleh Belanda terhadap aktivis
pejuang kemerdekaan Indonesia. Itupun hanya sekedar informasi sebatas
itu selebihnya jika Soekarno ingin tahu lebih detail maka Inggit
tidak berani mengatakannya di penjara karena gerakannya pun sellau
diawasi oleh Belanda.
Begitulah
hidup Soekarno di pengasingan. Menurut Ibu Wardoyo (kakak Soekarno),
adiknya selama dipenjara di Sukamiskin sangatlah kurus kering.
Kulitnya hitam dan tak terurus. begitulah penuturannya
seperti yang ditulis di buku “Bung Karno Masa Muda” terbitan
tahun 1978 oleh Pustaka Antarkota. Sedangkan orang tua Soekarno yaitu
Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tak pernah
menjenguknya karena tak tega melihat anak nya yang sangat ia
banggakan bernasib seperti itu. Bagi Belanda, Soekarno adalah orang
yang sangat berbahaya. Soekarno ditempatkan di penjara bersama dengan
orang Belanda dengan kasus korupsi, penggelapan dan penyelewengan,
hal ini agar Soekarno tak bisa mendapat informasi tentang pergerakan
yang diusahakannya karena tak mungkin terpidana korupsi yang
dibicarakan masalah perjuangan kemerdekaan, apalagi yang jadi
terpidana adalah orang Belanda. Praktislah Soekarno tak bisa mencuri
dengar untuk mendapat informasi tentang pergerakan kemerdekaan.
Dalam
pengasingan Soekarno memang sengaja membuat tubuhnya hitam karena hal
ini untuk memanaskan tubuhnya karena jika sudah masuk ke sel maka
kondisi selnya sangat gelap dan lembab. Ia khawatir tubuhnya tak
cukup mendapat sinar matahari.
Delapan
bulan Soekarno di penjara tanpa pernah disidang dan akhirnya ia
disidang. Dalam persidangannya Soekarno menunjukkan bagaimana Belanda
yang mengaku lebih maju dan beradap itu menjajah begitu kejam rakyat
Indonesia, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda yang sesungguhnya.
Hal ini tertuang dalam pembelaannya yang berjudul “Indonesia
Menggugat”.
Pembelaan
Soekarno itu membuat Belanda bertambah geram dan marah. Sebagai
hukumannya akhirnya pada bulan Juli 1930 Belanda membubarkan PNI.
Pada tahun 1931 Soekarno dibebaskan. Karena PNI telah dibubarkan maka
Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus menjabat sebagai
ketuanya. Ia kemudian aktif kembali menggelorakan semangat untuk
mencapai kemerdekaan melalui Partindo. Akibatnya pada tahun 1933 ia
pun ditangkap kembali dan dibuang ke Ende, Flores dan empat tahun
kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.
Indonesia
Merdeka
Perjuangan
Soekarno dan rekan-rekannya yang begitu berliku sangat lah melelahkan
namun kemerdekaan adalah harga mati yang harus segera diwujudkan oleh
bangsa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan
dengan hari Jum’at bulan Ramadhan, bersama dengan Drs. Moh Hatta,
Ir Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sebelum itu pada
sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berhasil merumuskan dasar
negara Indonesia yaitu Pancasila. Setelah itu pada tanggal 18 Agustus
1945 dalam sidang PPKI, Soekarno dan Moh Hatta secara aklamasi
diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI yang ke 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar